Rabu, 14 September 2011

BURUNG KECIL YANG MENARI

Burung kecil yang pernah menari-nari di ranting pohon di halaman rumah
Menari dari dahan ke dahan dan terus menari
Suatu kali aku ingin menangkapnya  atau ikut menari bersamanya
Tapi aku tak pernah berani mendekat dan mengganggunya
Sekian waktu burung itu terbang dan aku tak pernah tau kemana..
Yang jelas sang burung mengepakkan sayapnya menjelajah cakrawala

Setelah sekian lama kulihat lagi burung kecil itu…
Datang menari-nari di pohon yang sama
o..dia bukan burung kecil lagi, kini dia telah menjadi  burung  induk…
namun sayapnya  tetap indah mengepak menari –nari..
Kusimak kicaunya
Yang membawa cerita  tentang   warna-warni yang  pernah ia jelajah..
Tentang  tebing karang yang pernah ia hinggapi saat debur ombak menghantam..
Tentang  sayapnya  yang sesekali terluka  ditampar badai dan ia tetap tegar..
Tentang  indahnya cakrawala biru yang tak semua mampu ia jangkau…

 Burung kecil yang telah menjadi induk itu berhenti menari..
Aku terpaku menatapnya dari jendela rumahku
Burung induk itu pun kini mendekap anak-anaknya
Dalam iklhas memberi kehangatan sarang dan anaknya dengan sayapnya  yang indah
Dengan impian sederhana seekor induk
Melihat anak-anaknyakan terbang tinggi, menari memaknai ridho illahi
Mengepakkan sayap mengarungi dunia beserta segenap isi
menebar kebajikan dan kasih sayang tulus murni

Sang induk ikhlas tak lagi menari
terus lirih berkicau mengejakan doa-doa sepanjang hari
Sambil memendam keinginannya untuk sesekali bisa terbang jauh sambil menari….
Dan aku terus memandang dari jendela  kamarku…



Kamis, 08 September 2011

Ganti Nama Universitas Haluoleo jadi Universitas Wiro Sableng

     Di banyak daerah, perguruan tinggi/universitas diberi nama dengan nama-nama pejuang atau pahlawan. Ada Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Djenderal Soedirman, Universitas Hasanuddin, Universitas Patimura, dan banyak lagi. Pasti banyak alasannya. Mungkin untuk mengenang jasa-jasa si pahlawan, melestarikan semangat dan daya juangnya, atau karena kejayaan dan nama besarnya. Yang jelas ada unsur dan amanah positif dari sebuah nama.
     Tak mau ketinggalan atau juga ingin mengikuti nama besar perguruan tinggi lain yang sukses dengan nama pahlawannya, maka di Kota kendari pun ada sebuah perguruan tinggi yang mengambil nama tokoh pejuang di daerah ini, yaitu Universitas Haluoleo. Sebuah universitas negeri dengan kampus terluas di wilayah Indonesia Timur. Sebuah Universitas yang kebetulan Rektornya menjadi Ketua Forum Rektor. Sebuah universitas yang alumnni banyak menyuplai PNS dan pejabat di daerah ini. Yah..cukup membanggakanlah untuk orang tua dan masyarakat di daerah ini.
     Haluoleo adalah tokoh, raja, pejuang di daerah ini yang sedang diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Bukan hanya universitas yang diberi nama tokoh ini, Bandara dan Korem, (mungkin juga nanti rumah sakit yang sedang di bangun) pun diberi nama tokoh ini. Artinya Haluoleo adalah nama besar seorang tokoh ksatria, penuh juang,  lelaki perkasa, yang mampu memperjadi pemersatu suku-suku  yang ada di jazirah Sulawesi Tenggara. Haluoleo adalah tokoh yang keberadaannya diakui semua suku dengan berbagai versi cerita heroik dan kisah sejarah silsilah atau dengan berbagai versi gelar dan nama. Intinya, adalah Haluoleo adalah ikon perdamaian, kebesaran masa lalu dan  simbol pemersatu di daerah ini.
     Sangat disayangkan dan sangat ironis, nama besar Haluoleo justru mengalami degresi moral dan makna ketika melekat menjadi nama sebuah universitas di daerah ini. Bukan semangat ksatria yng kemudian diwujudkan menjadi kualitas mutu civitas akademika, tetapi yang ada adalah semangat primordial  dan premanisme. Yang ada bukan daya juang untuk bersaing prestasi tetapi justru daya juang untuk bertempur saling sikut, saling tikam, saling bunuh, dan saling bakar yang bersembunyi dalam topeng-topeng pecundang  kelompok/SARA mulai dari tingkat rektorat, Fakultas, BEM, hingga asrama dibumbui dengan kepentingan politik dan kepentingan primordial lain yang picik.
     Selalu saja fasilitas umum dan masyarakat jadi korban. Di awal ramadhan, jatuh korban, dani (Kamis,8/9/2011) bersamaan dengan ditanda tanganinya Deklarasi  Anti Pertikaian oleh rektor dan pejabat-pejabat UNESCO, kembali jatuh korban dari aksi premanisme yang ada di sekitar Universitas Haluoleo.  Kejadian ini terus berulang dari tahun ke tahun. Pejabat daerah, rektorat, aparat pun hanya menyelesaikan dengan bergandeng tangan menyuarakan himbauan-himbauan tanpa solusi preventif yang konkret. Ribuan orang tua yang anaknya menjadi mahasiswa hanya mampu berdoa, penuh kecemasan kselamatan anak-anak mereka.
      Tidak cocok lagi Universitas ini menyandang nama Haluoleo, mungkin lebih tepat diganti dengan Universitas Naruto atau Universitas Wiro Sableng. Tokoh Naruto dan Wiro Sableng juga ksatria, dan di dunia mereka semua persoalan diselesaikan dengan perkelahian berdarah-darah, adu otot bukan adu otak.
Dan papan bertuliskan "Selamat Datang Di Kampus Bumi Tridharma" bagus diganti dengan " Selamat Datang Di Kawasan Primitif".........